Pernahkah kamu mendengar hewan Indonesia bernama kuau bergaris ganda? Jika belum, kamu tidak perlu malu untuk mengungkapkannya. Pasalnya normal apabila orang-orang tidak mengenal hewan ini di era digital. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab kuau ini telah punah bertahun-tahun sebelumnya. Jadi, mari berdoa sebentar untuk mereka.
Fakta Kuau Bergaris Ganda
Rasanya sangat menyedihkan karena orang-orang di zaman sekarang hanya dapat melihat ilustrasi kuau dengan garis ganda. Padahal hewan ini, termasuk satwa asli Indonesia yang tidak dapat ditemukan di daerah lain.
Alhasil tidak hanya Indonesia yang layak berkabung, tetapi orang-orang di seluruh dunia layak melakukannya. Namun, bukan berarti kamu tidak harus mengetahui tentang fakta-fakta hewan tersebut.
1. Terdapat Dua Jenis Kuau
Ternyata kuau dengan garis ganda bukan satu-satunya kuau di Indonesia. Artinya setidaknya Indonesia memiliki dua jenis kuau yang hidup di nusantara.
Pertama adalah kuau dengan garis ganda atau memiliki nama latin Argusianus bipunctatus, dan kedua adalah kuau raja atau Argusianus argus.
Dengan demikian, keduanya tergabung dalam jenis Argusianus.
Meski tergolong sebagai unggas dengan jenis yang sama, tetapi keduanya memiliki nasib yang berbeda. Pasalnya IUCN telah memasukkan kuau dengan garis ganda sebagai salah satu hewan yang telah punah. Sedangkan orang-orang masih dapat menyaksikan kuau raja dengan status hewan yang dilindungi.
Oleh karena itu, jangan sampai kita mengucapkan sayonara sekali lagi.
2. Kuau Hanya ada di Indonesia
Kuau bergaris ganda pada dasarnya termasuk hewan endemik yang ada di Indonesia. Artinya orang-orang tidak dapat menemukan hewan ini di tempat lain.
Berdasarkan catatan, kuau hanya ada di Pulau Kalimantan, Sumatra, dan Indonesia. Oleh karena itu, tidak heran apabila hewan tersebut memiliki berbagai nama daerah.
Sayangnya, hutan di pulau-pulau tersebut kini telah kehilangan salah satu hewan endemik. Pada dasarnya kuau dengan garis ganda mengalami kepunahan karena aktivitas perburuan dan habitat yang mengalami kerusakan.
Kini kuau raja juga tengah berjuang menghadapi hal tersebut. Jadi, ayo sekali lagi untuk lebih peduli pada lingkungan.
3. Termasuk Burung Raksasa
Tampaknya mayoritas orang-orang mengerti bahwa kuau merupakan salah satu jenis burung dengan ukuran yang besar. Oleh karena itu orang-orang kerap menyebut kuau dengan garis ganda sebagai burung raksasa.
Hal ini bukan tanpa alasan, sebab kuau dapat memiliki bobot hingga 11 kilogram dan mampu tumbuh sepanjang 120 sentimeter.
Dalam praktiknya orang-orang memang tidak dapat melihat kuau dengan garis ganda secara langsung. Akan tetapi masyarakat tetap dapat melihat pesona hewan tersebut melalui kuau raja.
Sebagaimana dilansir dari Viva, sekelompok pecinta alam di daerah Sumba pernah melihat kuau raja di pedalaman hutan Bukit Barisan. Kuau raja memiliki bentuk bulu dan ukuran yang hampir sama dengan burung merak.
4. Kuau Bergaris Ganda Berbunyi Kuau
Tahukah kamu bahwa nama kuau sebenarnya berasal dari suara unggas raksasa tersebut? Yap, orang-orang dapat membayangkan jika kuau dengan garis ganda belum mengalami kepunahan, mereka akan berbunyi “kuau-kuau-kuau”.
Sayangnya orang-orang harus rela untuk tidak mendengar suara tersebut, sehingga satu-satunya bunyi “kuau” hanya datang dari kuau raja atau dari suara manusia itu sendiri.
Tidak hanya itu, kuau dengan garis ganda juga mengeluarkan suara dengan istimewa. Pasalnya bunyi hewan tersebut akan terdengar hingga jarak 1 kilometer.
Bayangkan, pasti hutan-hutan di masa lalu akan terasa lebih indah jika kuau dengan garis ganda masih memiliki populasi. Sayangnya, kini orang-orang tidak mudah untuk mendengar suara tersebut.
5. Mampu Mendeteksi Gempa Bumi
Jika kamu berpikir suara kuau justru berisik dan sangat mengganggu, coba deh untuk berpikir ulang. Pasalnya suaramu juga nggak lebih baik dari apapun juga.
Seiring perkembangan teknologi, peneliti menemukan suara kuau yang keras dapat menjadi deteksi dini munculnya gempa bumi. Apalagi Indonesia termasuk negara yang memiliki potensi gempa bumi.
Pada tahun 2019, peneliti di Sumatera Barat berhasil menemukan terobosan untuk mendeteksi awal gempa bumi, yakni menggunakan perilaku binatang seperti kuau yang ada di hutan.
Ade Edwal sebagai Koordinator Pusat Pengendalian Operasi Bencana Sumatera Barat juga memaparkan, kuau diyakini memiliki insting mendeteksi kapan gempa terjadi.
6. Meninggalkan Bukti yang Minim
Kuau bergaris ganda terkenal dengan nama double-banded Argus di kancah Internasional. Sampai sekarang, hewan ini hanya meninggalkan sedikit jejak.
Tidak hanya di kancah internasional, tetapi Indonesia juga tidak memiliki peninggalan tentang kuau tersebut. Oleh karena itu, beberapa sumber mengatakan hewan tersebut mungkin hanya terdapat di sekitar pulau Sumatera dan Jawa.
Dalam hal ini satu-satunya acuan bahwa kuau dengan garis ganda pernah hidup di Indonesia adalah beberapa bulu yang berada di London, Inggris. Sedangkan Indonesia hanya memiliki gambar-gambar burung kuau.
Dengan kata lain, kuau dengan garis ganda adalah satu tuan rumah yang tidak terkenal di tanahnya sendiri, bahkan hingga kepunahannya.
7. Penyebab Kepunahan
Seperti paparan sebelumnya, kuau dengan garis ganda mengalami kepunahan karena perburuan secara liar dan pengrusakan habitat. Apalagi manfaat burung kuau konon juga memiliki rasa daging yang enak.
Selain itu daging kuau dengan garis ganda juga memiliki gizi yang tinggi. Di era digital seperti sekarang, bulu kuau juga menjadi benda yang eksotis.
8. Sukar Hidup di Penangkaran
Nah, karena Indonesia telah kehilangan kuau dengan garis ganda bertahun-tahun sebelumnya, maka tidak ada yang bisa dilakukan kecuali belajar dari masa lalu.
Artinya, orang-orang masih memiliki kesempatan untuk melindungi kuau raja. Hewan ini dalam praktiknya juga terkenal sangat sensitif, di mana sukar bertahan hidup di penangkaran.
Demikian fakta-fakta kuau dengan garis ganda yang pernah hidup di Indonesia. Dari hal ini, sebaiknya kita lebih memerhatikan kelestarian lingkungan. Tujuannya untuk mencegah kepunahan makhluk hidup lainnya. Pasalnya kuau bergaris ganda sebenarnya adalah milik anak-anak manusia di masa depan dan sama sekali bukan milik anak-anak di masa lalu.